
Pesawat Iran Air Ditembak dan Jatuh di Teluk Persia
Pada 3 Juli 1988, dunia dikejutkan dengan tragedi yang melibatkan pesawat Iran Air 655, sebuah penerbangan komersial yang ditembak jatuh oleh kapal perang Amerika Serikat, USS Vincennes. Pesawat yang sedang terbang menuju Dubai itu membawa 290 orang, termasuk penumpang dan awak, yang semuanya tewas dalam peristiwa yang terjadi di atas perairan Teluk Persia. Kejadian ini menjadi salah satu insiden penerbangan paling memilukan dan menjadi sorotan dunia internasional.
Pihak militer Amerika Serikat mengklaim bahwa pesawat tersebut salah diidentifikasi sebagai pesawat tempur milik Iran, namun banyak pihak yang mempertanyakan proses pengambilan keputusan tersebut, mengingat pesawat itu sedang berada di jalur penerbangan sipil yang terjadwal. Pesawat tersebut ditembak setelah diidentifikasi oleh radar USS Vincennes, yang saat itu sedang beroperasi di kawasan yang penuh ketegangan akibat konflik antara Iran dan Irak. Tindakan militer AS itu menimbulkan kontroversi besar dan memicu kecaman internasional, yang melihatnya sebagai kesalahan fatal dalam identifikasi.
Kegagalan Identifikasi dan Tanggung Jawab yang Belum Tercapai
Insiden ini terjadi dalam konteks perang antara Iran dan Irak yang telah berlangsung sejak 1980. USS Vincennes berada di Teluk Persia dengan misi untuk melindungi kapal-kapal Amerika dan sekutunya dari ancaman serangan udara. Ketika pesawat Iran Air 655 mendekati area yang dilintasi kapal perang tersebut, radar kapal tersebut gagal membedakan pesawat sipil dengan pesawat tempur. Kesalahan identifikasi ini kemudian mengarah pada peluncuran dua rudal yang menghancurkan pesawat tersebut dan menyebabkan seluruh penumpang tewas.
Beberapa bulan setelah insiden ini, pemerintah AS menawarkan kompensasi kepada keluarga korban, namun tidak ada permintaan maaf resmi atau pengakuan atas kesalahan yang terjadi. Kapten kapal, William Rogers, yang memimpin USS Vincennes, mendapatkan penghargaan atas tindakan “berani” dalam menanggapi ancaman yang dianggapnya ada. Keputusan ini menambah kemarahan di kalangan keluarga korban dan negara-negara yang mengecam ketidakadilan terhadap insiden tersebut.
Peningkatan Kesadaran akan Perlindungan Penerbangan Sipil
Tragedi ini memicu seruan untuk peningkatan prosedur keselamatan penerbangan sipil, terutama di wilayah yang dilanda konflik. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) mulai meninjau ulang protokol identifikasi pesawat untuk mencegah kesalahan serupa. Pesawat sipil yang terbang di kawasan konflik kini harus dilengkapi dengan sistem identifikasi yang lebih jelas dan memastikan adanya komunikasi yang jelas antara pesawat dan kontrol lalu lintas udara.
Insiden ini juga menggugah kesadaran akan pentingnya penghormatan terhadap aturan internasional yang melindungi keselamatan penerbangan sipil, bahkan dalam situasi perang. Meskipun dunia mulai memperbaiki prosedur keselamatan penerbangan setelah tragedi ini, luka yang ditinggalkan bagi keluarga korban dan negara Iran tetap mendalam. Tragedi ini menjadi pelajaran berharga yang masih dikenang hingga saat ini, baik dalam konteks penerbangan maupun hubungan internasional.