Belakangan ini, isu terkait Program MBG (Masyarakat Berdaya Gotong Royong) mencuat ke publik dan memicu berbagai spekulasi. Di tengah sorotan tersebut, Hashim Djojohadikusumo, tokoh nasional sekaligus adik dari Presiden terpilih Prabowo Subianto, angkat bicara untuk meluruskan informasi yang beredar.
Dengan tegas, Hashim menyatakan bahwa tidak ada unsur paksaan dalam pelaksanaan program ini. Menurutnya, MBG merupakan gerakan yang bersifat sukarela dan bertujuan untuk memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat.
Apa Itu Program MBG? Tujuan dan Manfaatnya
Program Masyarakat Berdaya Gotong Royong (MBG) adalah inisiatif yang dirancang untuk memberdayakan masyarakat dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Melalui program ini, berbagai kelompok masyarakat diajak bekerja sama untuk menciptakan peluang usaha mikro, peningkatan keterampilan, dan pembangunan berbasis komunitas.
Hashim menegaskan bahwa program ini bukan milik pemerintah, bukan pula instruksi dari partai, melainkan gerakan sosial yang melibatkan banyak elemen masyarakat. Oleh karena itu, keikutsertaan masyarakat bersifat sukarela, tanpa tekanan ataupun keharusan.
Hashim: Tidak Ada Paksaan, Hanya Ajakan Kolaboratif
Dalam keterangannya kepada media, Hashim menyampaikan bahwa MBG terbuka untuk siapa saja yang ingin berkontribusi membangun lingkungan. “Kami tidak pernah memaksa siapa pun untuk ikut. Ini adalah ruang kolaboratif yang inklusif,” ujar Hashim.
Ia juga menekankan bahwa banyak kesalahpahaman terjadi karena informasi yang beredar di media sosial belum terverifikasi. Oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat untuk menyaring informasi dengan bijak dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang belum tentu benar.
Reaksi Publik dan Respons MBG
Meski sempat menuai kontroversi, banyak kalangan masyarakat yang telah bergabung dalam Program MBG justru menyampaikan pengalaman positif. Beberapa pelaku UMKM mengaku mendapat pelatihan kewirausahaan gratis, akses permodalan, hingga jaringan pasar baru.
Di sisi lain, pihak penyelenggara MBG juga mulai melakukan pendekatan komunikasi yang lebih transparan. Mereka membuka kanal informasi resmi dan memperjelas bahwa program ini tidak berafiliasi politik, serta hanya bertujuan untuk memperkuat solidaritas antarwarga.
Penutup: Transparansi Jadi Kunci Keberhasilan
Sebagai penutup, pernyataan Hashim Djojohadikusumo menjadi titik terang di tengah isu yang sempat simpang siur. Penekanan bahwa tidak ada paksaan dalam Program MBG merupakan bentuk komitmen terhadap nilai-nilai kebebasan, gotong royong, dan partisipasi aktif masyarakat.
Dengan semangat kolaborasi, MBG berpotensi menjadi gerakan sosial yang mampu membawa perubahan nyata, asalkan terus dijalankan secara transparan dan akuntabel. Jika informasi disampaikan dengan terbuka dan partisipasi bersifat sukarela, maka kepercayaan publik pun akan tumbuh dengan sendirinya.