Di tengah derasnya arus informasi digital, penyebaran hoaks atau berita palsu semakin sulit dibendung. Salah satu kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif hoaks adalah anak-anak. Tak hanya merusak mental dan emosi, informasi yang salah juga bisa memengaruhi tumbuh kembang serta pendidikan mereka.
Melihat urgensi tersebut, Delegasi Indonesia mengangkat isu perlindungan anak dari hoaks sebagai agenda penting dalam forum kerja sama ASEAN. Dalam pertemuan tingkat tinggi yang digelar awal Mei 2025, Indonesia mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk bersatu melawan penyebaran hoaks demi masa depan generasi muda.
🤝 Indonesia Ambil Peran Aktif: Dorong Kolaborasi Regional
Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) secara tegas menyampaikan bahwa ASEAN harus segera mengambil langkah nyata. Dalam forum tersebut, Indonesia mengajak seluruh negara anggota untuk membentuk jaringan kerja sama informasi yang fokus pada perlindungan anak dari dampak hoaks.
Lebih dari itu, Indonesia juga menawarkan pendekatan konkret, seperti penguatan literasi digital di sekolah, pelatihan guru dan orang tua, serta pembuatan platform edukatif ramah anak yang memfilter konten berbahaya.
📣 Mengapa Anak Jadi Sasaran Hoaks?
Ada beberapa alasan mengapa anak-anak menjadi target empuk penyebaran hoaks. Pertama, mereka belum memiliki kemampuan literasi digital yang kuat. Kedua, minimnya pengawasan saat menggunakan gadget membuka celah masuknya informasi palsu. Selain itu, algoritma media sosial sering kali memunculkan konten viral tanpa melihat validitasnya.
Dengan kata lain, jika dibiarkan tanpa pengawasan dan edukasi, hoaks bisa membentuk pola pikir yang salah sejak dini. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran utama Delegasi Indonesia dalam menyuarakan masalah ini di tingkat ASEAN.
🧠 Literasi Digital: Senjata Utama Melawan Hoaks
Salah satu fokus utama Indonesia adalah memperkuat literasi digital di kalangan anak dan remaja. Dalam presentasinya, delegasi menegaskan bahwa penguasaan teknologi harus dibarengi dengan kemampuan untuk memilah informasi yang benar.
Transisi ke era digital memang tidak bisa dihindari, namun anak-anak harus dibekali keterampilan berpikir kritis. Program edukasi yang menyenangkan dan mudah diakses bisa menjadi solusi untuk menumbuhkan kebiasaan memverifikasi informasi sejak usia dini.
✨ Harapan dan Komitmen Bersama ASEAN
Tanggapan negara-negara ASEAN terhadap inisiatif Indonesia pun cukup positif. Beberapa perwakilan menyatakan kesiapan mereka untuk bekerja sama dalam membuat kebijakan bersama, melakukan kampanye anti-hoaks regional, serta berbagi praktik terbaik dari masing-masing negara.
Delegasi Indonesia berharap bahwa melalui langkah kolektif ini, ASEAN bisa menjadi kawasan yang tidak hanya maju secara teknologi, tetapi juga aman bagi perkembangan mental anak-anak.
📝 Kesimpulan
Panggilan Delegasi Indonesia untuk memerangi hoaks yang merugikan anak-anak adalah langkah penting dalam menjaga kualitas generasi masa depan. Dengan kolaborasi regional yang kuat dan strategi edukatif yang tepat, ASEAN dapat menjadi pelopor perlindungan anak di era digital.